Mengenal Tipe Koloid (Colloid)

Mengenal Tipe Koloid (Colloid)

Source gambar: www.alodokter.com

A. Persamaan dan Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

1. Persamaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

2. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi terletak pada ukuran partikel terdispersinya. Ukuran dimensi partikel terlarut dalam Larutan kurang dari 1 nm. Koloid dimensi partikel terdipersi antara 1 nm dan 1 µm. (klik sumber) . 

Larutan

Koloid

Suspensi

Campuran Homogen

Campuran Heterogen

Campuran Heterogen

Ukuran partikel :

0,01 – 1nm

(atom, ion, atau molekul)

Ukuran Partikel :

1 – 1000 nm

(terdispersi, molekul atau gumpalan yang lebih besar dibandingkan partikel pada larutan)

Ukuran Partikel:

>1000 nm

(tersuspensi, ukuran partikel lebih besar dari koloid)

Tidak terpisah walau dibiarkan dalam waktu lama

Tidak terpisah walau dibiarkan dalam waktu lama

Partikel mudah terpisah atau mengendap (umumnya sebagai endapan di dasar wadah)

Tidak dapat dipisahkan menggunakan metode filtasi

Tidak bisa dipisahkan menggunakan metode filtrasi

Dapat dipisahkan menggunakan metode filtrasi

Tidak menghamburkan cahaya

Menghamburkan cahaya (Efek Tyndall)

Sebagian kecil terhamburkan atau tidak tembus atau buram

Sumber: https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book%3A_Chemistry_for_Allied_Health_(Soult)/07%3A_Solids_Liquids_and_Gases/7.06%3A_Colloids_and_Suspensions


B. Jenis - Jenis Koloid

Koloid memiliki dua komponen, yaitu partikel terdispersi dan partikel pendispersi. Berdasarkan wujud partikel terdispersi dan pendispersi, koloid terbagi menjadi 8 (delapan), yaitu bisa lihat di tabel berikut.


1. Sol Padat

Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang padat juga. Jadi Campuran antara padat dalam padat, sehingga wujud yang kita lihat berupa padatan.  Sol padat ini terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga menghasilkan padatan yang kokoh dan keras. 

Contohnya, batuan ruby (batuan permata). Batuan ruby ini merupakan padatan kromium (Cr) yang tersebar dalam padatan aluminium oksida. Sehingga, padatan kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium oksida (AI2O3) sebagai medium pendispersi. 

2. Sol

Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak mudah berubah sifatnya. Jadi, bedanya sol dengan sol padat itu terletak di medium pendispersinya, ya. Kalau sol padat mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya cair. 

Sol : campuran zat padat ke dalam zat cair, sehingga bentuk yang kita lihat adalah cair dengan padatan tercampur didalamnya. 
 
Contohnya, cat tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase terdispersi) inilah yang mengalami penyebaran dalam medium cair (medium pendispersi) yang berupa air (H2O).

3. Aerosol Padat

Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas. Campuran zat padat dalam media gas, sehingga kita melihatnya berupa gas, namun didalam gas tersebut ada partikel padatannya. 

 Contohnya, asap kendaraan. Asap kendaraan mengandung padatan berupa timbal, karbon, karbon monoksida, dan lain sebagainya yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari mesin. Makanya, ketika kamu melewati kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap, kadang kamu akan merasakan kelilipan karena adanya padatan (fase terdispersi) di dalam asap (medium pendispersi). 

4. Aerosol

Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi berupa gas. Campuran zat cair ke dalam media gas, sehingga kita melihatnya sebagai gas, namun didalamnya ada partikel zat cair. 

Jadi, bedanya aerosol dengan aerosol padat terletak pada fase terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal ini karena zat penyusunnya yang mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara lingkungan. 

Contohnya, parfum. Saat parfum disemprotkan di udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.

contoh koloid Parfum yang disemprotkan di udara.

5. Emulsi Padat

Selanjutnya, ada emulsi padat yang memiliki fase terdispersi berupa cairan dalam medium pendispersi padat. Campuran antara zat cair dalam media zat padat, kita melihatnya seperti padatan namun didalamnya ada zat cair yang tersebar merata. 

Contohnya, agar-agar. Agar-agar terbuat dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium pendispersi). Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses pendinginan, serat tersebut akan saling merapat dan memadat. Jadi, pada agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel agar-agar.

6. Emulsi

Nah, kalau fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, maka disebutnya emulsi. Campuran antara zat cair dengan zat cair . 

Bedanya dengan larutan, kalau Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa yang berbeda, sehingga tidak saling bercampur. 

Contohnya, susu. Emulsi pada campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-partikel susu. Nah, karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran yang beda, maka kedua zat ini ga bisa bercampur dengan sempurna, sehingga susu itu termasuk koloid, bukan larutan. 


7. Buih Padat

Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi padatan, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam padatan. Campuran zat gas ke dalam zat padat, sehingga kita melihatnya sebagai padatan, namun didalamnya ada pori-pori gasnya.

Contohnya, spons. Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah padatan, tapi ketika dipencet ternyata isinya udara. Itu tandanya, partikel-partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium padat, ya.

8. Buih

Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Campuran antara zat gas dalam media cairan. Sehingga kita melihat bentuknya cair, namun didalamnya terdapat gas. Bedanya dengan buih padat, kalau buih memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam cairan. 

Contohnya, buih sabun karena adanya udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi). Hal ini terjadi karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk jaring atau lapisan yang dapat menjebak udara, sehingga membentuk gelembung-gelembung bening berisi udara.

Tags :-

Post a Comment

0 Comments