Apa itu Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
Pendahuluan
Di tengah gelombang transformasi pendidikan, muncul kebutuhan mendesak untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna, kontekstual, dan mendalam. Pembelajaran tidak lagi sekadar mengejar capaian kognitif permukaan, melainkan menyasar pada deep learning—pembelajaran yang menyentuh olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga.
Salah satu pendekatan yang tengah mendapat sorotan adalah penerapan Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcomes), sebuah kerangka kerja alternatif dari Taksonomi Bloom yang menawarkan pendekatan lebih sistematis terhadap pemahaman siswa. Artikel ini akan membedah secara rinci konsep pembelajaran mendalam dan bagaimana Taksonomi SOLO dapat diintegrasikan untuk memperkuat kualitas pembelajaran di kelas.
Apa Itu Pembelajaran Mendalam?
Pembelajaran mendalam bukan metode baru, melainkan sebuah cara berpikir. Ia menekankan bahwa belajar bukan hanya memahami konten, tetapi memaknai, merasakan manfaat, dan merasakan kegembiraan dalam prosesnya.
- Mindful Learning: Berkesadaran dan fokus dalam belajar.
- Meaningful Learning: Memaknai apa yang dipelajari, relevan dengan kehidupan.
- Joyful Learning: Menyenangkan dan menggugah rasa ingin tahu.
Pendekatan ini didasari oleh teori konstruktivisme, humanisme, dan pragmatisme, yang menggabungkan dimensi intelektual, emosional, sosial, dan spiritual siswa.
Mengenal Taksonomi SOLO
Apa Itu Taksonomi SOLO?
Taksonomi SOLO adalah model berpikir kognitif yang dikembangkan oleh John Biggs dan Kevin Collis (1982), untuk mengklasifikasikan tingkatan pemahaman siswa dalam proses belajar. SOLO atau Structure of Observed Learning Outcomes menjelaskan bagaimana pemahaman berkembang dari dangkal (surface learning) menjadi mendalam (deep learning).
5 Tingkatan Pemahaman SOLO:
Taksonomi SOLO dan Bloom
Catatan: Dua taksonomi ini tidak saling bertentangan, bahkan sangat disarankan untuk digunakan secara terpadu.
Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO kerap dibicarakan dalam ranah pedagogik modern, dan keduanya memang sama-sama dirancang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun secara prinsip, keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar, baik dalam orientasi, struktur, maupun penggunaannya di kelas.
Taksonomi Bloom lebih dikenal luas sebagai kerangka untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam domain kognitif: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Pendekatannya bersifat top-down, artinya guru menetapkan tujuan terlebih dahulu, kemudian merancang aktivitas belajar yang mengarah ke pencapaian tujuan tersebut. Fokus Bloom terletak pada apa yang harus dilakukan siswa secara kognitif terhadap konten—seperti menghafal rumus, menerapkan teori, atau mengevaluasi argumen. Maka, penilaian berbasis Bloom cenderung mengukur aktivitas belajar, bukan seberapa dalam makna yang siswa bangun dari proses belajar itu sendiri.
Sebaliknya, Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) berangkat dari titik pandang yang lebih berpusat pada murid. Ia menilai kualitas hasil belajar berdasarkan kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu konsep, bukan hanya kemampuan menjalankan perintah atau menyebut fakta. SOLO bekerja secara bottom-up, yakni dari respons siswa, guru dapat mengidentifikasi sejauh mana pemahaman yang telah dibangun—apakah masih sekadar menyebut satu konsep secara terpisah (uni-structural), atau sudah mampu merancang solusi baru berbasis refleksi kritis (extended abstract).
Dengan kata lain, Bloom berfokus pada jenis aktivitas belajar yang dilakukan siswa, sementara SOLO menyoroti kualitas hasil belajar yang ditunjukkan siswa. Keduanya sama-sama penting, dan jika digunakan secara terpadu, akan menghasilkan pendekatan pembelajaran yang sangat holistik: Bloom membantu guru merancang pembelajaran; SOLO membantu guru mengevaluasi hasilnya dengan lebih tajam.
Implementasi Taksonomi SOLO dalam Deep Learning
Referensi
Biggs, J., & Collis, K. (1982). Evaluating the Quality of Learning: The SOLO Taxonomy.Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World, Change the World.
Apandi, I. (2025). Mengenal dan Mengembangkan Taksonomi SOLO dalam Deep Learning.
Silahkan beri komentarnya